Selamat Datang, Selamat Bersahabat

About Me

My Photo
Salsa Sabhila
nothing special but I love art more than anything | "..Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja.." - Einstein
View my complete profile
Wednesday, October 12, 2011

Lamunan di Warung Bakso

Kurasa hari ini akan menjadi hari yang panjang. Mengantar dua adikku ke sekolah, sedangkan aku sendiri harus menghadiri sebuah kuliah penting yang harus kukejar agar tidak membuang waktuku terlalu banyak. Tapi aku juga punya janji dengan seorang sahabat untuk menemaninya mengobrol. Manakah yang harus aku pilih? Kuliah yang membosankan atau ocehan sahabatku? Ah, aku pusing memikirkannya. Mungkin segelas es jeruk dan bakso sebelah kampus bisa meredakan penat ini.

Sesampai disana aku memilih untuk duduk di sudut yang sangat tersudut. Entah kenapa aku ingin duduk sendiri disini, padahal ada tempat yang dekat dengan seorang laki-laki tampan disana. Kan lumayan untuk sekadar cuci mata. Tapi, biarlah. Aku sedang ingin sendiri. Baik disini maupun di dekat laki-laki itu atau dimanapun sama saja. Tujuannya pun sama, makan bakso. Kuputar lagi playlist yang ada di ponselku. Hmm, lagu I can’t smile without you mengalun lembut di earphoneku. Ini lagunya. Lagu kami lebih tepatnya. Seandainya hari itu aku mau mengiyakan keinginannya, mungkin sekarang tidak akan terasa seberat ini. Aku merindukannya.

Rasa rindu perlahan menyusup di relung hatiku. Sesuatu yang dingin, tapi tak menyebar rata. Ganjal sekali rasanya, tak nyaman. Kemarin sore dia sudah kembali lagi ke Ngawi, sedangkan aku di Solo. Ada sesuatu yang aneh dari kedatangannya kemarin lusa. Biasanya dia mendatangiku karena aku sedang ingin bersamanya. Tapi kemarin tidak. Tidak sama sekali.

Kedatangannya bukan hanya untuk menemaniku dan membiarkanku memandangi wajahnya yang teduh, melainkan juga untuk mengajakku pergi ke Magelang. Dia berkata bahwa dia ingin sekali pergi kesana, mencari kesejukan desa. Tetapi entah kenapa aku sedang enggan untuk pergi ke tempat yang jika ditempuh dari sini hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Kulihat wajahnya yang sungguh menginginkan aku untuk mengiyakan ajakannya. Wajahnya memelas. Tapi kukatakan tidak. Dia memohon lagi, tapi kutolak. Kubujuk dia untuk pergi sebatas Prambanan saja. Meskipun awalnya dia agak kecewa, tak lama kemudian dia setuju. Air mukanya kembali riang seolah-olah berkata,”Ayo kita berangkat segera”. Kemudian kami berangkat ke Prambanan detik itu juga. Dia terlihat sangat gembira. Aku lega melihatnya ceria lagi.

Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh suara pelan seorang pelayan warung. Pesananku sudah siap. Bakso ini harus kuhabiskan. Belum sampai dua gigitan, ponselku berdering. Ada panggilan masuk, dari calon kakak iparku. Tumben sekali.

“Halo, ada apa mas?”

“Kamu sedang sibuk?”

“Ndak, Mas. Kenapa?”

“Kamu pulang sekarang juga, Dion masuk ICU. Motornya tertabrak mobil tadi pagi sewaktu perjalanan pulang dari menemuimu.”

Seketika itu juga selera makanku hilang dibawa angin. Segera kuakhiri telponku dan kukatakan aku segera disana. Kubayar pesananku tanpa mengambil kembaliannya. Aku harus cepat ke terminal dan memesan tiket bus jurusan Ngawi. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi? Benarkah hari ini adalah hari yang panjang?

Labels

clock

Pages