About Me
- Salsa Sabhila
- nothing special but I love art more than anything | "..Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja.." - Einstein
Aku Disini, Sendiri
meracau tiada henti tentang derita
tapi apa kau tahu deritaku?
sedangkan kau sendiri tak merasakan kepiluanku
Sayang, aku sedang tertatih
dunia ini terlalu munafik untuk dintempati
aku ingin pergi mengelana
tanpa kau
Sayang, aku harap aku hilang
hilang ingatan hilang akal
sehingga tak akan ada manusia dapat mengira
seberapa dalam laraku kupendam
Sayang, apakah kau disana?
sedari tadi kucari bayangmu tak kurasa
sedari tadi kuraba raga tak terungkap
Sayang, apakah aku hina?
Postingan Baru : Halo (?)
oke, mau aku mulai darimana?
akhir2 ini aku agak males sekolah, finally. entah kenapa baru males sekolah sekarang, padahal tinggal 'game over' dan bebas dari sekolah. aku cuma berharap cepetan lulus --a bosen gue gini terus. monoton, damn.
tapi senggaknya daripada aku merutuki nasib yg masih stuck di sekolah, aku isi kegiatan dengan hal2 positif, such as: tidur, makan, sepedaan, renang, ngelukis(damn, aku ngelukis lagi setelah 3 tahun vakum!), dan utak-atik kamera. ini juga nih, kamera. senasib sama blog ini. lama2 gak keurus gara2 sekolah. sing sabar ae yo Mak Eos..
Mak Eos, tempat tidur, dan melukis jadi temen deketku sekarang. baca buku juga, kebanyakan buku fiksi *HAHA. oh iya, aku mau cerita. kapan itu aku pergi ambil rapotnya adekku yang kelas 6 SD. udah dari pagi si Hekal ngingetin aku supaya gak telat. sante aja kali, aku dulu juga sekolah situ, pasti aku dateng wali kelasnya belom ada. dan voila! aku benar, saudara2!
aku dateng, wali kelas belom ada. jeng-jeeeng.
lalu datanglah seorang wali murid, ibu2, kaya so pasti, duduk di belakangku. beliau memandang sekilas, gak tau kenapa. yaudah gue senyumin aja. then terjadilah sebuah percakapan:
aku(A): *senyum*
ibu(I): kok ambil rapot sendirian sayang?
A: ah? *bengong*
I: orang tuanya kemana?
A: maaf bu, saya kakaknya..
I: *sok kalem*
HAHA LOL, ternyata memang benar kata orang. mukaku masih terlalu anak kecil untuk usia 17 tahun. OMG. is this real?
selese ambil rapot, nostalgia bentar sama wali kelas(guruku dulu soalnya), pulang. sampe rumah, aku cuma bilang satu kalimat sama Hekal, "Jangan lupa buka jendelamu biar gak gerah"
...............
oke, ada lagi sih, "Kal, rapotmu kalo jelek jangan nangis ya"
jeng-jeng-jeng-jeng-jeng-jeng #np: Symphony Beethoven 1
oh iya, ini lukisan yang sempet aku bahas tadi. warnanya agak suram, sesuram perasaanku sama rumah. dan galau gara2 SNMPTN undangan. oh iya, yg butuh info buat SNMPTN bisa diliat di websitenya, just click here.
di lukisanku yg ini agak suram seperti lukisan2ku sebelumnya. dan aku harus belajar terus soal anatomi, aku selalu gagal gambar tangan manusia. selalu mirip singkong baru dicabut. senggaknya di lukisan yg ini gak parah2 amatlah.
emm, oke. left hand, such a pain in artist's ass.bukti bahwa ilmu anatomiku bener-bener kurang --a
Lamunan di Warung Bakso
Kurasa hari ini akan menjadi hari yang panjang. Mengantar dua adikku ke sekolah, sedangkan aku sendiri harus menghadiri sebuah kuliah penting yang harus kukejar agar tidak membuang waktuku terlalu banyak. Tapi aku juga punya janji dengan seorang sahabat untuk menemaninya mengobrol. Manakah yang harus aku pilih? Kuliah yang membosankan atau ocehan sahabatku? Ah, aku pusing memikirkannya. Mungkin segelas es jeruk dan bakso sebelah kampus bisa meredakan penat ini.
Sesampai disana aku memilih untuk duduk di sudut yang sangat tersudut. Entah kenapa aku ingin duduk sendiri disini, padahal ada tempat yang dekat dengan seorang laki-laki tampan disana. Kan lumayan untuk sekadar cuci mata. Tapi, biarlah. Aku sedang ingin sendiri. Baik disini maupun di dekat laki-laki itu atau dimanapun sama saja. Tujuannya pun sama, makan bakso. Kuputar lagi playlist yang ada di ponselku. Hmm, lagu I can’t smile without you mengalun lembut di earphoneku. Ini lagunya. Lagu kami lebih tepatnya. Seandainya hari itu aku mau mengiyakan keinginannya, mungkin sekarang tidak akan terasa seberat ini. Aku merindukannya.
Rasa rindu perlahan menyusup di relung hatiku. Sesuatu yang dingin, tapi tak menyebar rata. Ganjal sekali rasanya, tak nyaman. Kemarin sore dia sudah kembali lagi ke Ngawi, sedangkan aku di Solo. Ada sesuatu yang aneh dari kedatangannya kemarin lusa. Biasanya dia mendatangiku karena aku sedang ingin bersamanya. Tapi kemarin tidak. Tidak sama sekali.
Kedatangannya bukan hanya untuk menemaniku dan membiarkanku memandangi wajahnya yang teduh, melainkan juga untuk mengajakku pergi ke Magelang. Dia berkata bahwa dia ingin sekali pergi kesana, mencari kesejukan desa. Tetapi entah kenapa aku sedang enggan untuk pergi ke tempat yang jika ditempuh dari sini hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Kulihat wajahnya yang sungguh menginginkan aku untuk mengiyakan ajakannya. Wajahnya memelas. Tapi kukatakan tidak. Dia memohon lagi, tapi kutolak. Kubujuk dia untuk pergi sebatas Prambanan saja. Meskipun awalnya dia agak kecewa, tak lama kemudian dia setuju. Air mukanya kembali riang seolah-olah berkata,”Ayo kita berangkat segera”. Kemudian kami berangkat ke Prambanan detik itu juga. Dia terlihat sangat gembira. Aku lega melihatnya ceria lagi.
Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh suara pelan seorang pelayan warung. Pesananku sudah siap. Bakso ini harus kuhabiskan. Belum sampai dua gigitan, ponselku berdering. Ada panggilan masuk, dari calon kakak iparku. Tumben sekali.
“Halo, ada apa mas?”
“Kamu sedang sibuk?”
“Ndak, Mas. Kenapa?”
“Kamu pulang sekarang juga, Dion masuk ICU. Motornya tertabrak mobil tadi pagi sewaktu perjalanan pulang dari menemuimu.”
Seketika itu juga selera makanku hilang dibawa angin. Segera kuakhiri telponku dan kukatakan aku segera disana. Kubayar pesananku tanpa mengambil kembaliannya. Aku harus cepat ke terminal dan memesan tiket bus jurusan Ngawi. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi? Benarkah hari ini adalah hari yang panjang?
Labels
- puisi (1)